Rintik
Penjemput Cerita
Arum
Cantika Putri
Aku rindu menatap hawa buramnya membasahi permukaan kaca dengan
rata, aku tak bisa menahan jari-jemariku untuk diam, embun selalu saja berhasil
mengajak jari-jemariku melukis menuangkan rasa dari palung sukma. Mendengar dan
menghayati suara rintiknya yang menyerbu menapaki tanah, betapa lembutnya nada yang
langit jatuhkan lewat sebuah hujan betapa konstanya irama, tetaplah mengalun,
karena alunanmulah yang berhasil mengajakku bercerita pada diriku sendiri
tentang apa yang ada dalam pikiranku, karena alunanmulah yang memintaku untuk
tidak berpura-pura manakala aku ingin berpura-pura pada suatu yang tidak jarang
disebut sebagai perasaan.
***
Sangat retorik, pikiranku bertanya
pada perasaanku dan pada saat yang sama pula hati membekap mulutku.
***
Menjejaki hujan bersamanya sangat mengasyikan serta terasa
begitu mengesankan. Berlari-lari kecil sambil menggenggan erat sekumpulan
lembaran kertas dan menghindari serbuan hujan yang tidak begitu deras, melewati
genangan air di koridor kampus, mendaki licinnya anak tangga karena percikan
hujan di pinggir dalam gedung jurusan,
tenang saja aku sering menghampiri ingatan itu. Hujan selalu menciptakan
sunggingan senyum di bibirku dan berhasil membawaku dalam suasana kedamaian.
Aliran air hujan yang bening dan dingin pada cekungan aspal seperti tertanam suatu
magnet yang berhasil menarik kaki kananku untuk membendungnya hingga airnya
menembus kulit sepatu coklatku. Tingkah yang kekanak-kanakkan.
***
Tetaplah
diam, karena suara hujan akan lebih menyadarkanku dan biarkan hujan yang membujukku
untuk menceritakannya padamu.
***
Bukan sebuah jaket dan sebuah payung yang berhasil membuat
suasana kian romantika kala itu, tapi rintik hujan itu sendiri. Rintiknya
berhasil membuat sang pemeran melupakan rotasi waktu yang terus-menerus
berputar. Hujan, kau berhasil menciptakan realita kisah romantika. Keindahan hujan menerbitkan
cerita bahwa kebahagiaan sesederhana itu, memang sangat sederhana, seperti
sederhananya langit menjatuhkan rintik hujan itu sendiri. Bahkan setelah hujan
itu terhenti muncul pesona yang tak kalah indahnya lengkung senyumnya
berwarna-warni mengkilap menghiasi dinding lagit yang pucat dan menghijaukan
kembali alam yang tadinya ditangisi hujan.
***
Dan perjalanan pulang dua pasang kaki
yang seiring seirama tidak terasa berat walau dirusuh hawa debu hujan karena
iringan pelangi dan sebuah kisah cerita yang telah terpati.
Nice :)
BalasHapus