Senin, 30 November 2015

Hujan



Rintik Penjemput Cerita
Arum Cantika Putri

Aku rindu menatap hawa buramnya membasahi permukaan kaca dengan rata, aku tak bisa menahan jari-jemariku untuk diam, embun selalu saja berhasil mengajak jari-jemariku melukis menuangkan rasa dari palung sukma. Mendengar dan menghayati suara rintiknya yang menyerbu menapaki tanah, betapa lembutnya nada yang langit jatuhkan lewat sebuah hujan betapa konstanya irama, tetaplah mengalun, karena alunanmulah yang berhasil mengajakku bercerita pada diriku sendiri tentang apa yang ada dalam pikiranku, karena alunanmulah yang memintaku untuk tidak berpura-pura manakala aku ingin berpura-pura pada suatu yang tidak jarang disebut sebagai perasaan.
***
          Sangat retorik, pikiranku bertanya pada perasaanku dan pada saat yang sama pula hati membekap mulutku.
***
Menjejaki hujan bersamanya sangat mengasyikan serta terasa begitu mengesankan. Berlari-lari kecil sambil menggenggan erat sekumpulan lembaran kertas dan menghindari serbuan hujan yang tidak begitu deras, melewati genangan air di koridor kampus, mendaki licinnya anak tangga karena percikan hujan  di pinggir dalam gedung jurusan, tenang saja aku sering menghampiri ingatan itu. Hujan selalu menciptakan sunggingan senyum di bibirku dan berhasil membawaku dalam suasana kedamaian. Aliran air hujan yang bening dan dingin pada cekungan aspal seperti tertanam suatu magnet yang berhasil menarik kaki kananku untuk membendungnya hingga airnya menembus kulit sepatu coklatku. Tingkah yang kekanak-kanakkan.
***
Tetaplah diam, karena suara hujan akan lebih menyadarkanku dan biarkan hujan yang membujukku untuk menceritakannya padamu.
***
Bukan sebuah jaket dan sebuah payung yang berhasil membuat suasana kian romantika kala itu, tapi rintik hujan itu sendiri. Rintiknya berhasil membuat sang pemeran melupakan rotasi waktu yang terus-menerus berputar. Hujan, kau berhasil menciptakan realita  kisah romantika. Keindahan hujan menerbitkan cerita bahwa kebahagiaan sesederhana itu, memang sangat sederhana, seperti sederhananya langit menjatuhkan rintik hujan itu sendiri. Bahkan setelah hujan itu terhenti muncul pesona yang tak kalah indahnya lengkung senyumnya berwarna-warni mengkilap menghiasi dinding lagit yang pucat dan menghijaukan kembali alam yang tadinya ditangisi hujan.
***
          Dan perjalanan pulang dua pasang kaki yang seiring seirama tidak terasa berat walau dirusuh hawa debu hujan karena iringan pelangi dan sebuah kisah cerita yang telah terpati.

1 komentar: